Sunday, March 13, 2011

part I mimpi

aku sendiri disini, dengan mimpi yang tak terbendung lagi. Disini pojok sekolah dengan pemandangan indah, alam seolah menghakimiku, mengutukku, saling bergantian mencaci maki diriku, memberi mimpi yang sangat sulit untuk ku gapai. Kawan, tahukah engkau, aku adalah orang biasa, kecil, pendek, hitam, hanya khayalku yang besar, sangat besar melebihi keadaan sempit yang sedang mengurungku saat ini.
"gantungkan cita-citamu setinggi langit", itulah yang selalu ku dengar dari pak dani, pembina osisku saat aku kelas 2 smk. Yang selalu ku tanyakan pada diri adalah "setinggi mana mimpiku harus ku gantung? langit itu ada 7 lapis!", sementara khayalku, sungguh nanti akan ku ceritakan sebetapa besar dan anehnya pada mu kawan...
kawan inilah mimpiku, ku mohon simak dengan sepenuh hati; aku ingin mengelilingi dunia dengan apapun, tidur di gunung tertinggi di dunia, mandi di timbunan es alaska, tersesat di hutan afrika, terpana dengan kemegahan bangunan eropa, menghangatkan diri di gurun sahara, melewati tempat yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, merasakan saripati hidup di alam raya, sungguh ku ingin merasakannya. setelah itu, ku ingin mempunyai hamparan rumput hijau yang luas di Australia dengan kambing dan sapi yang mengelilinginya dan kuda sebagai alat perjalanan tanahku. aku ingin punya rumah besar yang indah di sebelah sungai yang di aliri oleh air pegunungan segar dan ikan yang menawan, tak lupa kincir air yang terpasang disana. kebun anggur yang luas di pekarangannya, kincir angin yang berdiri kokoh di setiap perbatasan tanah yang ku punya dengan putaran angin sebagai sumber energi listrik untuk kehidupanku disana, dan yang selalu ku harapkan adalah seorang wanita cantik "pecinta biola" yang setia bersamaku, disana, selamanya, dan setiap hari berbagi canda, tawa, gembira, bersama, berdua, tanpa air mata, yang selalu menghiasi semangat pagi yang kami punya.
mimpi itu sungguh berbanding terbalik dengan keadaanku saat ini, detik ini aku bingung, aku berfikir bagaimana selanjutnya aku menjalani hidup? bagaimana ku bisa mewujudkan mimpi itu? semua keadaan ini membuat hatiku hampa, aku tak mampu untuk melanjutkan kuliah, aku tak rela jika harus bekerja seperti orang biasa, dengan gaji pas-pasan, bagaimana ku bisa mewujudkan mimpi itu, maka sekarang ku memilih menggantung cita itu dilapisan langit ke-7, dengan konsekuensi aku akan jatuh lebih tinggi, lebih sakit, lebih banyak cobaan, aku harus melewati 6 lapis langit lainnya, aku harus terbang melebihi burung, lebih cepat dari suara, minimal menyamai cahaya, lebih ringan dari berat partikel 6,02 x 10 pangkat 23 mol/partikel bilangan Avogadro, dan memiliki massa atom relatif 16 lebih kecil dari oksigen yang tak berdaya di atmosfer ruang hampa.
aku selalu menangisi hidup ini, menangisi mimpi ini, orang bilang aku cengeng, tak apa. orang bilang aku gila, memang begitu adanya, tapi 1 yang tak mereka punya, mimpi! mereka hanya bisa menertawakan, tanpa prnah memikirkan usaha yang telah kulakukan, mereka sangka aku hanya akan menyerah dan pasrah. tapi tidak! demi mimpi, aku akan terus berlari kawan....

No comments:

Post a Comment